MENAGPA HARUS BERDZIKIR DAN BERISTIGFAR?


MENAGPA HARUS BERDZIKIR DAN BERISTIGFAR?

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi nikmat yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Aku takut kamu ditimpa siksa hari kiamat”. (QS.Hud:2)

Tercatat ada empat ayat di dalam surat Hud yang menyebut perintah beristighfar, yaitu pertama ayat 3 di atas, ayat 52, 61, dan 90. Bahkan yang menarik, bahwa secara korelatif, perintah beristighfar pada ayat-ayat tersebut diawali dengan perintah menyembah dan mengabdi semata-mata kepada Allah, seperti dalam surat Hu:2 misalnya,

“Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu daripada-Nya”. (QS.Hud:2).

Betapa tinggi nilai perintah beristighfar sehingga selalu bersampingan dengan perintah beribadah kepada-Nya. Sehingga meruoakan satu kewajiban sekaligus kebutuhan seorang hamba kepada Allah swt karena secara fithrah mewmang manusia tidak akan bisa mengelak dari melakukan dosa dan kesalahan sepanjang hidupnya. Peluang ampunan ini meru[pakan anigrahmat yang terbesar bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.

Terkait dengan hal ini, kebiasaan beristighfar mereflesiakan kedekatan seorang hamba dengan tuhannya dan pengakuan akan Ke-Maha Pengampunan Allah swt. Istighfar juga merupakan cermin dari sebuah akidah yang  mantap akan kesediaan Allah membuka pintu ampunannya sepanjang siang dan malam. Rasulullah bersabda,

“Sesungguhnya Allah senantiasa membuka tangan-Nya di siang hari untuk memberi kepada hamba-Nya yang melakukan dosa dimalam hari, begitu pula Allah swt senantiasa membuka tangan-Nya di malam hari untuk memberi ampunan bagi hamba-Nya yang melakukan di siang hari”.

Catatan lain yang bisa dikaji adalah bahwa perintah beristighfar di dalam Al-Qr’an juga selalu beriringan dengan perintah berTaubat, “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya”.

Prof. Dr. Wahabah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Munir mengemukakan rahasia penggabungan perintah beristighfar dan bertaubat pada kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an bahwa tidak ada jalan untuk meraih ampunan Allah swt melainkan dengan menunjukan perilaku dan sikap “Taubat” yang diimplementasikan dengan penyesalan akan kesalahan masa lalu, melepas ikatan-ikatan (jarinagn) kemaksiatan dalam segala bentuk dan sarana serta tekad yang tulus dan jujur untuk tidak mengulangi kembali perbuatan-perbuatan dosa di masa yang akan datang. Dalam kaitan ini, taubat merupakan penyempurna dalam istighfarseseorang agar diterima oleh Allah swt.
               
Secara aplikatif, kebiasaan beristighfar sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Tercatat dalam surat riwayat Imam Muslim bahwa Rasulullah (memberi pelajaran pada umatnya) senantiasa beristighfar setiap hari tidak kurang dari 70 kali. Bahkan di riwayat Imam Bukhari beliau beristighfar setiap hari lebih dari 100 kali (Bukhari Muslim). Pelajaran yang diambil dari Rasulullah ini adalah bahwa beristighfar tidak harus menggu setelah melakukan kesalahan, tetapi bagaimana hendknya aktifitas ini berlangsung senantiasa mengatasi kehidupan sehari-hari kita tanpa terkecuali.

Para malaikat yang jelas tidak pernah melanggar perintah Allah justru senantiasa beristighfar memohon ampunan untuk orang-orang yang beriman sebagai sebuah pelajaran yang berharga setaip hamba Allah yang beriman, “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan Malikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serata memerintah ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan perihalalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala”. (AL-Mu’min:7)

Berdasarkan kajian terhadap ayat-ayat yang berbicar tentang istighfar, paling tidak terdapat empat keutamaan dan nilai dari amaliah istighfar dalam kehidupan seorang muslim:

1.       Istighfar merupakan cermin akan kesadaran diri orang-orang yang bertakwa. “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiyaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Ali Imran:135)
2.        istighfar merupakan sumber kekuatan umat. Kaum Nabi Hud yang dikenal dengan kekuatan mereka yang luar biasa, masih diperintahkan oleh nabi mereka agar senantiasa beristighfar untuk menambah kekuatan mereka. “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, memohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambah kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kemu berpaling dangan berbuat dosa.” (Q.S. Hud: 52). Bahkan Rasulullah dalam satu  hadistnya menegaskan bahwa eksistensi sebuah umat ditentukan diantaranya dengan kesadaran mereka untuk selalu beristighfar, sehingga bukan merupakan aib dan tidak merugi orang-orang yang bersalah lantas ia menyadari kesalahannya dengan beristighfar memohon ampunan.


Hampir setiap mau sholat Dhuha dan Tahajud, kami Murid serta Gura” di SMK PESAT selalu Berdzikir,  Beristaghfar, dan tadarus Al-Qur’an sambil menunggu teman” kami berwudhu..
Berikut Fotonya..Picture127.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar