Suatu hari di perkenunan teh, hiduplah se-ekor ulat yang sedang mencari makan.
Ulat itu bernama si Mulya, tubuhnya gemuk, bau, kumel, dan berwarna kumuh.
Ketika
ia sedang mencari makanan, datang lah se-ekor papatong, namanya kumpay,
yang tekenal akan warnya yang bagus, tubuhnya yang indah, wangi, dan indah, tetapi ia sombong akan ke indahannya.
( ketika itu Mulya pun bertanya kepada Kumpay)
“haii.. ! kumpay, apakah kamu mau menolong ku?” tanya si Mulya ke si kumpay.
“apaaaaaaaaaaa.. ? aku menolong mu? Bahkan aku tak mau bicara dengan mu, DASAR BINATANG JELLEK!” jawab si kumpay ke si Mulya.
Karna
jawaban si Kumpay terlalu menyakitkan, si Mulya pun hanya bisa terdiam
dan melanjutkan untuk meraih pucuk pohon, karna di situlah ia
mendapatkan makanan faforitnya, TAPI ketika ia di tengah perjalanan,
datang lah teman-teman si Kumpay, menurut si Mulya, ia datang untuk
membatunya, dan membanyangkan ia akan di bawa terbang oleh sekawanan
capung.
“heii Mulya, apakah kamu ingin terbang dan bisa meraih pucuk pohon ini?” tanya si Kumpay.
“yaaaaaaaaa.. tentu saja saya ingin terbang dan mendapatkan daun kesukaan ku itu” jawab si Mulya.
“baik akan aku tolong” jawab lagi si Kumpay, sambil merencanakan sesuatu dengan teman-temanya.
Ketika Mulya di angkat oleh sekawanan capung, ternyata ia malah di bawa turun ke tanah.
“Heii.. mengapa kalian membawa ku turun?, aku sudah merelakan waktu 3 hari untuk sampai ke puncak itu.” tanya si Mulya.
“kau
tak pantas untuk mendapatkan daun itu, daun itu milikku, dan aku akn
pergunakan daun itu sebagai bahan bakar esok untuk musim dingin!” jawab
si Kumpay.
“Tapi aku lebih membutuhkanya ketibang engkau” jawab si Mulya.
“heii Jelek! Coba kau lihat di sekitar, masih banyak daun-daun yang tumbuh di sekitarmu” jawab si Kumpay.
“kau
jahat! Padahal itu daun adlah daun yang mengandung karbohidrat yang
tinggi, dan itu cukup untukku selama bemetamorfosis” jawab si Mulya.
“kau
tak pantas Bermetamorfosis, bahkan semut yang lebih kecil darimupun
kecepatan larinya melebihimu, huuuuuuuuuuuft dasar kau gendut, jelek
yang tidak tahu diri!” jawab si kumpay sambil ertawa dengan
teman-temannya.
“baiklah aku menganlah saja, dasar kau SOMBONG!” jawab si Mulya.
Bejalan
sambil meenung, di tepi jurang ke putus asaan, Mulya pun pergi ke
pinggir sungai, ketika sampai di sunai, ia bertemu dengan se ekor Burung
penghisap madu, yang bernama Pi’it.
“Haii.. Ulat, sedang apa kau di sini?” tanya si Pi’it.
“aku sedang mencari pengganti daun yang ada di pucuk pohon tertinggi itu” jawab si Mulya.
“sepertinya
akuuu punya jawaban itu, disana di sebrang sungai, ada pohon milik
petani yang kasiatnya 100x lipat di banding daun pucuk yang ada di pohon
tertinggi itu, namun disana ada se ekor anjing yang bernama Jordi, ia
akan memakan binatang apa saja yang mengganggu tanaman milik majikannya”
jawab Pi’it.
“apa benar yang kau bicarakan ini?” tanya si Kumpay.
“ya,
namun kau akan kesulitan saat mengambil daun itu, di tambah ada
gelombolan ikan piranha yang terkenal akan giginya yang tajam, dan perut
yang selalu lapar” jawab si Pi’it.
“ohhh.. apakah kau akan menolongku untuk menyerbangi sungai ini?” tanya si Mulya.
“maaf aku
tidak bisa terbang dengan mu, sungai ini sangat lebar dan deras, jika
kita pergi gersama, kita akan terbawa hanuyut atau menjadi makan siang
ikan piranha” jawab si Pi’it.
“oowh begitu.. tapi dengan apa saya bisa menuju sebrang” tanya si Mulya.
“dengan burung merpati, yang disana, namun ia hanya akan mengan tarkan kamu jika kamu mempunyai bayarannya” jawab si Pi’it.
“bayarannya apa?” tanya si Mulya.
“bayaranya adalah buah dari tanaman petani di sebrang sana” Pi’it.
“baiklah aku akn minta tolong pada burung merpati itu” Mulya ke pada Pi’it.
“Ok.. hati-hati yah..” Pi’it ke Mulya.
“terimakasih pi’it” “sama-sama Mulya”.
Tak lama Mulyapun bertemu burung merpati itu...
“Hai burung merpati, apakah kau dapat menolong ku untuk menuju ke sebrang sana?” tanya Mulya pada Burung merpati.
“boleh saja, asal ada bayarannya. Apakah kau tahu bayarannya apa?” Burung
“aku
sudah tau! Bagai mana kita berkerja sama menuju sebrang sana, aku ingin
mengambil daun seangkan kau memakan buahnya?” Mulya.
“Ok! Baiklah, kau bisa naik ke pundakku” Burung Merpati.
Sore
mulai tiba, Mulya pun sangat ketakutan, karena waktunya hampir habis
untuk memakan daun persediaan musim dingin,tak lama kemudia ia dan
burung merpati itu sampai pada tujuan, dan bertemu jordi anjing pemilik
petani.
“hai Jordi, apakah aku boleh meminta daun berserta buah milik majikan mu itu?” tanya Mulya.
“enak saja kau, jika kau berani menerobos pagar ini 1 langkah saja aku akan memakan mu bulat bulat” jawab Jordi.
“hei, bagaimana jika kau naik ke punggungku, lalu kita terbang diam-diam ke ladang itu?” ujar Burung merpati.
“aku setuju dengan ideini” kata Mulya.
Tanpa befikir panjang, mereka berdua pun langsung terbangmenuju ladang
itu, setelah sampai, mereka makan hingga puas, dan malam hari hingga 3
bulan kemudian Mulya yang berbadan gendut, bau, jelek, dan kumuh itu
berrubah menjadi kupu-kupu yang indah dan cantik bahkan seluruh binatang
yang di tempat itu sudah tidak mengenali ia lagi karena perubahan yang
sangat pesat.
Ketika itu ia terbang menuju desanya, dan bertemu Kumpay.
“hai Kumpai, pakah kau masih mengenaliku?” tanya Mulya.
“siapa kau?” tanya si kumpai sambil memajangkan wajah cemburu bear.
“aku Mulya yang kau ledek itu” jawab Mulya, sambil menjelaskan mengapa ia menjadi seperti ini.
Namun dengan seiring waktu dan umur kupu-kupu tak lama, Mulya pun meningal, dan meninggalkan pesan moral yang berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar